Blog

Blog

Seniman

Armin Septiexan (Nusa Tenggara Timur)

Armin Septiexan atau kerap dipanggil Deztro, adalah seorang seniman multimedia yang menggunakan perspektif memori sejarah dan cerita paska kolonial dalam pembentukan sebuah kebudayaan kota di dalam karya-karyanya. Deztro juga terlibat aktif dalam komunitas SkolMus (Sekolah Multimedia Untuk Semua) yang fokus pada pendidikan fotografi, videografi dan revitalisasi budaya melalui pengarsipan visual. Saat ini, bersama dengan komunitas film Kupang Deztro sedang mengerjakan film dokumenter panjang pertamanya yang dirintis sejak tahun lalu. Deztro tinggal dan bekerja di Pulau Timor, kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Link: https://www.instagram.com/armin_septiexan
Bombo (Sulawesi Selatan)

Bombo adalah duo performans audio visual, Reza Enem dan Rais Rice, yang berdiri sejak 2015 di Makassar. Kolaborasi mereka pertama kali dipamerkan pada acara BERDIKARI II di Makassar. Topik  sosial, politik dan budaya adalah topik yang diangkat dalam karya mereka. Pada tahun 2016,  Bombo memamerkan karyanya di Roaming Assembly #6:intraACTION:transCOLONIALISM yang merupakan bagian dari SONSBEEK 2016 dan DAI (Dutch Art Institute) di Belanda.  Bombo juga menjadi salah satu seniman residensi Water Connections di FACT (Foundation for Art and Creative Technology) di Inggris yang karya hasil residensi mereka kemudian dipresentasikan di UK/ID Festival 2017 di Indonesia.

Link: https://www.instagram.com/bombo.mks
Deny Renanda Putra (Jawa Tengah)

Deny Renanda Putra yang lahir di Wonosobo, 31 Maret 1994 adalah lulusan program S1 seni rupa Universitas Negeri Semarang. Sejak usia 4 tahun Deny sudah memiliki ketertarikan pada kesenian khususnya seni-seni tradisional seperti pedalangan, jaran kepang dan tari topeng. Saat ini Deny berkarya menggunakan berbagai macam teknik dari mulai lukis, instalasi hingga performance art.

Link: https://www.instagram.com/deny.denso
Toma & Kako (DKI Jakarta)

Toma & Kako adalah sebuah studio kreatif yang bergerak dalam bidang desain grafis dan film yang digagas oleh dua orang sahabat, Dian Tamara dan Dhiwangkara Seta di akhir tahun 2017 di Jakarta. Dalam praktek pembuatan karya mereka, Toma & Kako selalu menggunakan arahan yang bersumber dari pengalaman pribadi ataupun isu-isu sosial untuk menciptakan sebuah cerita kekaryaan yang baru. Beberapa karya video klip yang pernah dibuat antara lain Sunshine (The Panturas), Putih (Glaskaca), Ironi (Kelompok Penerbang Roket), Ruang Kecil (Bilal Indrajaya), Semburat Silang Warna (The Upstairs), Tell Me What To Do (Indische Party) dan masih banyak lagi.

Link: https://www.instagram.com/toma.kako
Fat Velvet (Jawa Barat)

Fat Velvet adalah satu-satunya kolektif seni rupa di Bandung yang semua anggotanya  perempuan. Mereka berhimpun karena disatukan oleh keresahan yang sama mengenai posisi perempuan dalam medan seni dan industri kreatif di Bandung. Hingga saat ini, Fat Velvet telah aktif berkarya selama 3 tahun. Berdasarkan jejak kekaryaan, kolektif ini tidak membatasi diri dalam memilih konsep maupun medium atau format karya, namun fokus Fat Velvet lebih ditujukan untuk menyuarakan perspektif perempuan dalam memandang sebuah isu, sehingga kesetaraan bagi perempuan dalam medan seni dan industri kreatif tidak hanya tercapai melalui kampanye, namun melalui unjuk karya. Beberapa karya Fat Velvet sebelumnya telah dipamerkan di ARTJOG MMXIX Daily Performance, Art Jakarta 2019, Galeri Indonesia Kaya, dan Lawangwangi Creative Space.

Link: https://www.instagram.com/fatvelvet

Kurator

Ika Vantiani

Ika Vantiani adalah seorang seniman, kurator dan pengrajin yang tinggal di Jakarta. Pendidikan terakhirnya adalah D3 Periklanan dari The London Institute of Communications-Jakarta. Di dalam karya-karyanya Ika bereksplorasi dengan ide menjadi seorang perempuan dalam kehidupan saat ini yang berkelindan dengan media dan konsumsi diantaranya. Dengan menggunakan tehnik kolase, Ika mengaplikasikannya pada lokakarya, instalasi dan seni jalanan. 

 

Sejak 2009, Ika sudah terlibat dalam berbagai pameran sebagai seniman dan kurator termasuk program satelit Pelicin yang menjadi bagian dari Jakarta Biennale (2013), WANITA:Female Artivism Jakarta! (2015), program pendamping IKAT/eCUT (2017), Breathing on paper (2017), Art Jog (2018), Fashion ForWords (2018), Biennale Jogja (2019) dan masih banyak lagi. Ika adalah anggota dari kolektif seniman internasional Micro Galleries sejak 2017 sampai sekarang.

Link: http://instagram.com/vantiani

Fasilitator

Agung Seldy Arimsyah

Agung Seldy Arimsyah, lahir di Batangmata Kepulauan Selayar. Saat ini masih menempuh pendidikan di Universitas Terbuka Fakultas Hukum. Selama enam tahun belakangan banyak aktif di beberapa event organizer, menjadi fasilitator di ganara.art untuk tingkat pelajar mengenai inklusi sosial, keberagaman, dan toleransi. Sekarang menjadi volunteer di KontraS Sulawesi, terlibat dalam pendokumentasian dan pencarian Stolen Children di Sulawesi. Setahun terakhir ini ikut serta menjadi fasilitator dalam program humanity oleh Asia Justice and Rights (AJAR) terkait isu Stolen Children. Beberapa waktu belakangan menjadi volunteer di Allewai sebagai tenaga pengajar untuk anak-anak pinggir sungai jene’ berang.

Link: https://www.instagram.com/seldyarimsyah/
Rezki Ameliyah Arief

Rezki Ameliyah Arief, lahir pada tanggal 8 Agutus 1997. Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Hasanuddin angkatan 2015. Mulai bergerak di isu kemanusiaan sejak menjadi 2015, sejalan dengan keanggotaan di lembaga mahasiswa. Koordinator Advokasi dan Kajian Strategis HIMAHI FISIP UNHAS 2017/2018, Litbang Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Universitas Hasanuddin 2018, Volunteer di Urban Social Forum Sambang Kota Makassar 2020, fasilitator program Humanity AJAR, dan sehari-hari membantu KontraS Sulawesi sejak 2019. Tertarik dengan isu terkait gender, kota, lingkungan, dan isu kemanusiaan terutama pengadvokasian perempuan dan anak.

Link: https://www.instagram.com/amelankolia
Albertus Arga Yuda Prasetya

Seorang pengangguran paruh waktu. Akhir-akhir ini sedang mencoba lulus dari Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro. Sekitar tahun 2016 sampai 2018 pernah terlibat aktif sebagai volunteer di Greenpeace Indonesia, terutama dalam isu pembangunan PLTU Batubara di Batang. Bersama beberapa kawan lain juga menggelar acara kesenian, khususnya musik improvisasi bebas, bernama Majelis Improvisasi sejak tahun 2018. Lalu sepanjang tahun 2019 terlibat dalam program AJAR bernama Humanity, terkhusus untuk isu Tragedi 1965 di Jawa Tengah. Dikala senggang, terkadang menyelenggarakan acara pemutaran film, diskusi, pergelaran seni, atau bermusik.

Link:
Alhiyatuz Zakiyah Fillaily

Alhilyatuz Zakiyah Fillaily, kuliah di UIN Walisongo Semarang jurusan HPI (Hukum Pidana Islam). 2014-2018 aktif di LPM Justisia, sebagai pimred Liksa (Lingkar Kajian Sastra). 2018 – sekarang mengabdi di YPK (Yayasan Pemberdayaan Komunitas) eLSA Semarang sebagai koordinator kajian dan riset gender pada isu KBB (Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) di Jawa Tengah. 2018 – sekarang aktif di komunitas Gusdurian Semarang. 2019 – sekarang tergabung dalam Tim Humanity Semarang AJAR, dengan fokus isu peristiwa 1965/66 di Jawa Tengah. 2019 mendirikan kolektif perempuan, bernama “Perempuan Muda Bersuara” yang aktif mengawal kasus kekerasan seksual di kampus. Sangat berminat pada isu kemanusiaan, terutama pada isu perempuan.

Link:
Julinta Moreng Bungan

Julinta Moreng Bungan tapi lebih sering dipanggil Moreng lahir di Morotai 23 tahun lalu. November 2019 resmi lulus dari Universitas Kristen Indonesia, jurusan Hubungan Internasional. Pengalaman magang / volunteer di AJAR tahun 2018 membuka wawasan tentang Hak Asasi Manusia lebih dalam Dan lebih tertarik untuk melihat isu2 tersebut. Dari pengalaman ini berkesempatan untuk bertemu langsung dengan korban Stolen Children Timor Leste yang ada di Jabodetabek yang dari situ melihat merasakan apa yang para penyintas rasakan. Saat ini tertarik dengan isu hak anak, Dan pelanggaran2 yang dialami oleh mereka seperti kekerasan seksual, pernikahan dibawah umur, dan putus sekolah.

Link:
Rizky Lani Permata

Rizky Lani Permata, lahir di Jakarta 25 tahun lalu. Kini ia bekerja paruh waktu sebagai staff pengajar di salah satu startup berbasis pendidikan. Tahun 2019 ia mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam program Humanity, dan dalam prosesnya ia belajar banyak mengenai isu stolen children dan isu Hak asasi manusia lainnya. Untuk mengisi waktu luang kini ia kembali rajin membaca koleksi novel-novel klasiknya yang sudah lama dimiliki tapi tak sempat dibaca. Memiliki minat pada isu perempuan, Hak asasi manusia serta sejarah.

Link:
Maulana Ishaq

Biasa dipanggil Molan, Ma’ul, atau Mul, itu terserah senyamannya orang yang memanggil saja. nama Panjangnya Maulana Ishaq. Keluar dari rahim ibunya sekitar Sebulan setelah meletusnya peristiwa Santa Cruz di Timor Leste. Namun demikian, dua peristiwa tersebut sama sekali tidak berhubungan, kelahirannya murni karena cinta bapak dan ibunya. Tahun 2019 bergabung dalam Program Humanity di mana kemudian bertemu, bertatap muka, dan dialog secara langsung dengan para penyintas stolen children yang ada di Jabodetabek. Saat ini, bekerja pada firma hukum di Jakarta untuk membantu masyarakat dalam mencari keadilan dan juga sedang menulis buku bertema hukum seri hukum pajak.

Link:
Dominikus Bala Karang
Link:
Aswin

Lahir di Jeneponto 23 tahun lalu. Saat ini masih berstatus mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Terbuka. Sekarang menjadi relawan di KontraS Sulawesi. Tahun 2016 berkesempatan untuk belajar tentang isu Stolen Children Timor Leste di Kontras Sulawesi serta ikut serta terlibat dalam proses pencarian dan pendokumentasian. Beberapa waktu belakangan sedang menyukai mendengarkan berbagai podcast di waktu luang. Tertarik dengan isu Hukum dan Hak Asasi Manusia serta peluang-peluang menerjemahkan narasi korban pelanggaran HAM kedalam berbagai medium.

Link:
Juandini Amelia Lapaan

Juandini Amelia Lapaan, saat ini bekerja di Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT) sebagai Kepada Divisi anti Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Bergabung di JPIT sejak tahun 2017, setelah menyelesaikan program sarjana di Fakultas Teologi UKAW Kupang. Waktu itu bergabung sebagai relawan. Dalam kerja sebagai relawan turut mendampingi korban dan keluarga, khususnya dalam pendampingan pemberdayaan ekonomi. Sekarang terlibat sebagai salah satu fasilitator dalam program “Humanity” (kerjasama antara AJAR dan JPIT). Sangat tertarik dengan isu kemanusiaan, khususnya yang berkaitan dengan perdagangan orang, isu tentang perempuan dan anak serta gender.

Link:
Yohanes Kornelius Ethelbert

Yohanes kornelius Ethelbert menyelesaikan pendidikan sarjana filsafat pada Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Pada tahun 2014 melanjutkan studi ilmu Public of Administration di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus tahun 2017. Tahun 2018 bergabung dengan Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan J-RUK untuk isu Human trafficking. Saat ini sedang bekerja sama dengan JPIT menyelesaikan project Humanity untuk isu Human trafficking yang disponsori oleh Asia Justice and Right.

Link:
Agustin Selbard Zacharias

Agustin Selbard Zacharias, mengenal isu yang berhubungan dengan kemanusiaan sejak berada di bangku kuliah. Tahun 2012 mengikuti kegiatan peluncuran buku memori-memori terlarang di fakultas Theologi, 2015 mengikuti diskusi mengenai hasil penelitian perdagangan orang bermodus Pekerja Migran Indonesia asal Nusa Tenggara Timur di fakultas Theologi. Menjadi relawan di Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT) di divisi pendampingan korban perdagangan orang dari tahun 2017 hingga tahun 2019. Sekarang menjadi staf JPIT di divisi pendampingan korban Pelanggaran HAM masa lalu. Pengalaman-pengalaman pendampingan ini menjadi bekal kedepannya ketika sudah terjun ke dunia pelayanan yang lebih luas di jemaat.

Link:
Wisnu Prima Ramadhan

Wisnu Prima, pernah berkuliah di Universitas Pasundan tahun 2013 dan bergabung dengan Lingkar Studi Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pasundan tahun 2014. Tahun 2016 membuat zine bernama “Cikudapapers” untuk mengabarkan Revolusi Rojava di Suriah dan perjuangan warga Dago Elos Bandung melawan penggusuran. Bergabung dengan Lembaga Bantuan Hukum di Departemen Sipil dan Politik pada tahun 2018. Terlibat dalam riset LBH Bandung untuk memetakan infrastruktur migrasi buruh Jawa Barat ke luar negeri pada tahun 2019 dan terlibat dalam advokasi pemulangan buruh migran Indonesia di Arab Saudi. Menaruh perhatian besar dalam isu gerakan sosial dan teknik pendokumentasian pelanggaran HAM.

Link:
Hana Kurniasih

Hana Kurniasih, berzodiak Capricorn yang sejak lahir hingga saat ini berdomisili di Bandung. Sembari menyelesaikan Starata-1 Hukum di Universitas Padjadaran, ikut terlibat aktif di Lembaga Bantuan Hukum Bandung. Selama di LBH berkesempatan mempelajari berbagai isu hak asasi manusia, diantaranya mendalami isu perempuan  dan pelanggaran HAM masa lalu khususnya terkait dengan Stolen Children Timor Leste. Belakangan sedang dikejar deadline mengerjakan beberapa modul pendampingan.

Link:
Gloria Caeli

Gloria Caeli, lahir di Jakarta tahun 1988. Saat ini berprofesi sebagai seniman digital yang bekerja dari rumah tinggalnya di kota Bandung. Di tahun 2018-2019 berkesempatan mempelajari isu Stolen Children dari Timor Leste bersama anggota LBH Bandung dan team AJAR. Beberapa waktu belakangan sedang menyibukkan diri dengan berkarya membuat ilustrasi, berlatih main musik, dan membaca buku. Tertarik terhadap isu2 kekerasan domestik dan kasus pelanggaran HAM.

Link:
Rehza Pratama Eka Nanda

Rehza lahir di Bandung. Kini bekerja upahan di sebuah media lokal sekaligus kontributor untuk media perburuhan. Tahun 2019 pernah aktif dalam pendokumentasian isu Stolen Children Timor Leste di Jawa Barat bersama AJAR dan LBH Bandung. Tertarik dengan audio-visual juga kampanye digital.

Link:
Adiyat Jati Wicaksono

Bersama Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng Adiyat aktif dalam gerakan penyelamatan Pegunungan Kendeng. Selain itu Adiyat membuat ilustrasi musik untuk sebuah kelompok kesenian kontemporer di Semarang bernama “Wayang Tenda Nandang Wuyung”. Juga menjadi pemain bass di “Serambi”, kelompok musik yang menyuarakan persoalan sosial dan kemanusiaan. Sejak 2019 bersama AJAR dan IKOHI dalam Humanity, mendampingi para penyintas 65 di beberapa daerah di Jawa Tengah. Isu lingkungan dan pelanggaran HAM yang belum pernah terselesaikan dengan baik adalah hal yang membuatku terus ingin bergerak dan belajar.

Link:
M. Sholekan

Muhammad Sholekan, lahir di Grobogan, Jawa Tengah 26 tahun lalu. Saat ini berstatus sebagai jurnalis sebuah media regional di Jawa Tengah. Ia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes).Pada tahun 2019 (ketika masih mahasiswa) berkesempatan untuk belajar tentang isu pelanggaran ham berat masa lalu dengan bertemu dan belajar banyak hal dengan penyintas 65 di beberapa daerah di Jawa Tengah, tentu dengan tim teman-teman di Semarang.Beberapa waktu belakangan, lumayan intens mengikuti perkembangan Covid-19 di Jawa Tengah, khususnya di Semarang. Selain itu, di waktu luang juga menonton dan mendengarkan podcast milik Deddy Corbuzier.

.

Link: