Pemutaran Video Humanity

Peluncuran Video Website HUMANITYouth

Orasi Kebudayaan oleh by Okky Madasari

Ngobrol soal “Generasi yang Berpihak”, bersama :

Rian Adhivira Prabowo , Fatia Maulidiyanti, Ananda Badudu, Khanza Vina, Kalis Mardiasih, Extinction Rebellion Indonesia

Dipandu oleh Mulki Makmun

Kami ingin mengajakmu menyaksikan Live Show di kanal YouTube @ KBR.id tentang Kisah Anak Timor-Leste yang Dicuri Mencari Keluarganya, x bersama dengan Pak Miguel – Stolen Children dan Mana Lulu – Family Stolen Children.

Setelah hampir 1 tahun melakukan riset aksi partisipatoris di 2 wilayah di Jawa Tengah, para fasilitator membagikan hasil riset mereka lewat zine. Dari hasil riset tersebutlah Deny Renanda Putra mulai menginterpretasikan kejahatan terhadap kemanusian tahun 1965-66 lewat video performance art. Pada kesempatan ini kita akan mendengar proses para fasilitator berkolaborasi bersama Deny dalam menghasilkan karya.

Acara ini akan dipandu oleh kurator Ika Vantiani

Lewat series diskusi #BicaraBenar kita akan #BelajarKemanusiaan lewat karya-karya populer seperti musik, buku, dan juga karya populer lainya. Pada kesempatan ini kita akan ngobrol bareng Kartika Jahja. Dengan berkarya lewat musik dan penulisan lirik, Kartika Jahja mampu menggugah penikmat musik untuk menyuarakan ketidakadilan terutama masalah kekerasan seksual.

Lewat lagunya berjudul Unlearn The Fight, Kartika Jahja berbicara tentang betapa anak muda muak atas keteraturan, dan keadaan lazim yang seolah diberikan tanpa kritik dan dialog. Keseragaman dan kekerasan yang turun temurun diajarkan sedari kecil membentuk kita untuk percaya bahwa semua penyelesaian masalah adalah dengan kekerasan dan dengan menyakiti menjadikan kita pemenang.

Proses “Unlearning” atau belajar untuk melihat kembali apa yang telah terjadi disekitar kita membantu kita untuk mewujudkan masa depan tanpa kekerasan.

Pemutaran serentak video karya seniman diikuti dengan tanya jawab. Pada kesempatan yang sama Toma&Kako akan meluncurkan video karya mereka berjudul “Satu Matahari”.

Acara ini akan dipandu oleh kurator Ika Vantiani

Setelah hampir 1 tahun melakukan riset aksi partisipatoris di  Jawa Barat, para fasilitator membagikan hasil riset mereka lewat buku foto berjudul “Pulang”. Dari hasil riset tersebutlah Fat Velvet mulai menginterpretasikan isu Stolen Children  lewat montase video.  Pada kesempatan ini kita akan mendengar proses para fasilitator berkolaborasi bersama Fat Velvet dalam menghasilkan karya.

Acara ini akan dipandu oleh kurator Ika Vantiani

Setelah hampir 1 tahun melakukan riset aksi partisipatoris di  Sulawesi Selatan, para fasilitator membagikan hasil riset mereka lewat laporan dan video pendek. Dari hasil riset tersebutlah Bombo mulai menginterpretasikan isu Stolen Children  lewat video mapping.  Pada kesempatan ini kita akan mendengar proses para fasilitator berkolaborasi bersama Bombo dalam menghasilkan karya.

Acara ini akan dipandu oleh kurator Ika Vantiani

Lewat series diskusi #BicaraBenar kita akan #BelajarKemanusiaan lewat karya-karya populer seperti musik, buku, dan juga karya populer lainya. Diskusi kali ini akan mengajak Bakudapan sebagai narasumber. Bakudapan adalah lingkar belajar yang fokus pada persoalan pangan. Bagi Bakudapan, makanan bukan hanya tentang mengisi perut dan tidak terbatas pada kegiatan memasak, tetapi juga dapat menjadi instrumen untuk berbicara tentang masalah yang lebih luas, seperti politik, sosial, gender, ekonomi, filsafat, seni dan budaya.

Lewat beberapa karyanya, Bakudapan pernah membahas kaitan makanan dengan kejahatan terhadap kemanusiaan 65-66.  Dengan melakukan wawancara bersama penyintas ex-tapol 65 tentang bagaimana mereka memanfaatkan tumbuhan liar ketika sedang di dalam penjara, Bakudapan kemudian membuat performative dinner dalam acara OK.Video (2017) sebagai alat untuk menceritakan ulang pada publik yang lebih luas. Selain itu Bakudapan juga membuat jurnal lanjutan berjudul “Yang Liar Memberi Harapan” (2020) berisi kumpulan tulisan yang mengkaji pangan liar dari berbagai sudut pandang.

Para anak muda penggerak di berbagai komunitas di Indonesia berkumpul untuk membicarakan cara-cara mereka untuk melawan impunitas.

Para penggerak yang akan hadir dalam diskusi ini adalah Pusik Parahyangan, Pamflet Generasi, Komunitas Peacemaker Atambua, Fasilitator Humanity,dan Kita Agni. 

Setelah hampir 1 tahun melakukan riset aksi partisipatoris di  Nusa Tenggara Timur, para fasilitator membagikan hasil riset mereka lewat video dokumenter dan zine. Dari hasil riset tersebutlah Armin Septiexan mulai menginterpretasikan isu perdagangan orang lewat video bercerita.  Pada kesempatan ini kita akan mendengar proses para fasilitator berkolaborasi bersama Armin Septiexan dalam menghasilkan karya.

Acara ini akan dipandu oleh kurator Ika Vantiani

Ika Vantiani seorang seniman dan juga kurator yang  berkarya lewat medium kolase, Mengajak kawan-kawan untuk merespon kata Impunitas dalam loka karya ini.

Setelah hampir 1 tahun melakukan riset aksi partisipatoris di  Jakarta, para fasilitator membagikan hasil riset mereka lewat  zine. Dari hasil riset tersebutlah Toma&Kako mulai menginterpretasikan isu anak yang dicuri lewat video.  Pada kesempatan ini kita akan mendengar proses para fasilitator berkolaborasi bersama Toma&Kako dalam menghasilkan karya.

Acara ini akan dipandu oleh kurator Ika Vantiani

Persembahan dari Fat Velvet untuk Humanityouth Fest, sebuah karaoke night dari rumah dan genggaman kalian. Yuk ikuti keseruanya bersama kawan-kawan Fat Velvet.

Dalam kesempatan kali ini, Humanityouth Festival ingin mengajak teman-teman membahas lebih dalam mengenai bagaimana kita Melepas Belenggu Impunitas atau ‘Unlearning Impunity’ yang menjadi salah satu upaya dalam kerja-
kerja memperoleh keadilan bagi para korban bersama;

Mari kita berdiskusi bersama orang-orang yang telah bertahun-tahun bekerja bersama para korban:

Galuh Wandita (AJAR)
Beatrix Gebze (El-Adper Merauke)
Nurlela Lamasitudju (SKP-HAM)
Aswin (Fasilitator Humanity Youth dari Sulawesi Selatan)
Agustin Zacharias (Fasilitator Humanity Youth dari NTT)

Karya Penembus Batas
“Ketika Seni Berbicara Impunitas”
Humanity Festival x Kolektif Udeido x Papuan Voices

Bertepatan dengan International Youth Day, 12 Agustus 2020, adalah hari akhir dari Humanity Youth Festival setelah hampir 1 bulan berlangsung. Acara penutupan yang bertajuk “Youth, Peace and Security; Youth Against Impunity in Asia” menghadirkan 6 anak dari 6 negara; Indonesia, Bangladesh, Timor-Leste, Myanmar, Filipina, dan Nepal. Mereka akan membicarakan mengenai impunitas di negara masing-masing dan bagaimana usaha mereka secara individu maupun kolektif untuk melepas belenggu impunitas yang terjadi di masing-masing negara.

Tak lupa juga ada musikalisasi orasi yang akan dilakukan oleh Presiden AJAR, Patrick Burgess, Orasi Budaya dari Manik Marganamahendra dan Cholil Mahmud.

Acara ini akan berlangsung dalam Bahasa Inggris, namun akan disediakan interpreter untuk teman-teman yang berbahasa Indonesia.

Dipandu oleh: Anindya Amanda